Di
tengah kemacetan lalu lintas di hari pertama puasa, saya mendengarkan
radio yang berisi tausiyah seorang ustad yang mengatakan sesuatu yang
dulu saya sering mendengar bahwa pada hakikatnya seluruh ibadah adalah
untuk kita sendiri kecuali puasa. Puasa adalah satu-satunya ibadah
untuk Allah. Menurut ustad ini, logikanya karena hanya ibadah puasa
yang pelaksanaannya hanya diketahui oleh diri kita dan Allah, sementara
ibadah yang lain diketahui oleh manusia. Sebuah logika yang sangat
lemah dan saya sangat tidak mempercayainya.
Pertama,
Allah tidak membutuhkan makhluknya, apalagi puasanya, tetapi makhluk
lah yang membutuhkan Allah, sebagaimana disebutkan dalam:
Surat 35:15, Hai
manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah Dialah Yang
Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji.
Surat 29:6, Dan
barangsiapa yang berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu adalah untuk
dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (tidak
memerlukan sesuatu) dari semesta alam.
Kedua, jika memang hanya puasa ibadah untuk Allah, kenapa kita tidak puasa saja terus? Kenapa perlu ada ibadah-ibadah lainnya?
Ketiga,
logika bahwa hanya Allah lah yang tahu puasa kita juga sangatlah
lemah. Malaikat pencatat juga seharusnya tahu ibadah puasa kita.
Apalagi di jaman facebook dan twitter dimana orang berpuasa seringkali
meng-update statusnya, sehingga semua orang juga tahu kalau dia sedang
berpuasa.
Semua
ibadah tidak ditujukan untuk Allah, tetapi untuk diri kita sendiri.
Semua hal yang kita lakukan, termasuk puasa bukanlah untuk Allah karena
Allah tidak membutuhkan apapun dari hambanya, karena Allah tidak
tergantung kepada hambanya. Seluruh apa yang diperintahkan Allah di
dalam al Quran kepada manusia bukanlah untuk kepentingan Allah, tetapi
untuk kepentingan manusia itu sendiri.
Konsep
yang perlu kita pahami adalah bahwa kita beriman dan beramal saleh
pada dasarnya tidak untuk siapa-siapa tetapi untuk diri kita sendiri
dalam rangka menyelamatkan diri kita sendiri melalui kemaslahatan
sebanyak-banyaknya makhluk Allah yang membutuhkan di muka bumi,
sebagaimana disebutkan dalam:
Surat 21:107, Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.
Surat 17:7, Jika
kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan
jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, dan
apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami
datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka
masuk ke dalam mesjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali
pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka
kuasai.
Surat 45:15, Barangsiapa
yang mengerjakan amal saleh, maka itu adalah untuk dirinya sendiri,
dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, maka itu akan menimpa
dirinya sendiri, kemudian kepada Tuhanmulah kamu dikembalikan.
Tidak
pernah disebutkan dalam al Quran bahwa Allah itu membutuhkan ibadah
hambanya. Allah menghendaki kita mengabdi kepada-Nya bukan untuk
memberikan kemaslahatan bagi Allah. Kita tidak perlu memberikan makan
bagi Allah karena Allah tidak membutuhkan apapun termasuk makanan dalam
bentuk sesaji, ibadah, barang pemberian, puji-pujian, lagu-lagu dan
apapun juga, sebagaimana disebutkan dalam Surat 51:56-57, Dan aku
tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku. Aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan Aku
tidak menghendaki supaya mereka memberi-Ku makan.
Saat
ini banyak manusia di muka bumi yang beranggapan bahwa Allah itu
membutuhkan makanan dari manusia. Banyak manusia yang setiap hari
memberikan sesaji kepada Tuhannya. Banyak dari kita yang beranggapan
bahwa ibadah dalam bentuk pengabdian yang kita lakukan adalah untuk
Tuhan, bahwa apapun yang kita lakukan dalam hidup ini untuk Tuhan,
padahal Tuhan tidak membutuhkan ibadah atau pengabdian kita.
Banyak
dari kita hari ini yang menganggap bahwa Allah butuh puji-pujian dan
barangsiapa yang paling rajin memuji Tuhan, dialah yang disayang Tuhan.
Di dalam al
Quran, Allah lebih suka manusia yang berbuat baik dibandingkan dari
yang sekedar memuji-muji Tuhannya, karena pada dasarnya Tuhan tidak
membutuhkan puji-pujian, sebagaimana disebutkan dalam Surat 61:2-3, Wahai
orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak
kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu
mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan. Allah lebih menyukai
hambanya yang mensucikan-Nya dengan tidak berbuat musyrik melalui
tindakan dan perbuatan. Pada kesempatan lain, insya Allah kita akan
membahas mengenai mensucikan Allah atau bertasbih berdasarkan al Quran.
Perbuatan
baik dan buruk yang kita lakukan di muka bumi ini pada dasarnya untuk
kita sendiri dan pada saatnya nanti akan diminta pertanggung jawabannya
di hadapan Allah. Oleh karena perbuatan baik tidak untuk Allah, maka
manusia sebagai khalifah Allah disarankan untuk memberikan rahmat dan
kemaslahatan bagi makhluk Allah yang lain, khususnya makhluk Allah yang
membutuhkan, terutama manusia yang miskin.
Nilai
ibadah adalah ketika kita bermanfaat kepada makhluk Allah yang lain
dengan disertai keimanan dimana segala sesuatu itu kita lakukan untuk
diri kita sendiri dalam rangka mencari keridhaan Allah, tetapi bukan
untuk Allah.
Demikian pula dengan puasa.
Nilai
puasa adalah ketika kita memberikan manfaat dan kemaslahatan kepada
makhluk Allah yang lain melalui ibadah puasa itu sendiri. Puasa
tidaklah bernilai jika hanya menahan lapar dan haus dari subuh hingga
maghrib atau memindahkan waktu makan saja. Kalau ada yang bilang
tidurnya orang puasa itu ibadah, saya ingin bertanya, kalau begitu dia
sedang berbuat baik kepada siapa? Kepada Allah? Khan Allah tidak
membutuhkan puasa orang itu.
Puasa
bukanlah menambah jumlah orang kelaparan di muka bumi. Puasa bukanlah
sikap empati kepada orang miskin, karena empati saja tidak membuat
perut kenyang. Puasa adalah membebaskan kelaparan dan membantu orang
yang miskin di muka bumi. Hari ini kita sibuk berdebat mengenai hukum
fiqih puasa, tentang batal dan tidaknya puasa, seakan-akan jika kita
puasa dari subuh sampai maghrib, maka kita sudah beribadah kepada
Allah, padahal nilai ibadah adalah ketika kita memberikan manfaat
kepada makhluk Allah yang lain.
Catatan:
- Angka diatas berarti rujukan ayat al Quran, 28:56 berarti surat ke-28 ayat ke-56, mohon dibaca langsung al Qurannya sebagai sumber kebenaran.
2. Mohon dicek kalau ada kesalahan dalam nomor ayat al Quran nya dan mohon ditambahkan untuk kesempurnaan.
(Bersambung)
0 komentar:
Posting Komentar