Ar Yu ReDEY..?!

Kamis, 11 Agustus 2011

Untuk Siapa Kita Berpuasa

Share
Di tengah kemacetan lalu lintas di hari pertama puasa, saya mendengarkan radio yang berisi tausiyah seorang ustad yang mengatakan sesuatu yang dulu saya sering mendengar bahwa pada hakikatnya seluruh ibadah adalah untuk kita sendiri kecuali puasa. Puasa adalah satu-satunya ibadah untuk Allah. Menurut ustad ini, logikanya karena hanya ibadah puasa yang pelaksanaannya hanya diketahui oleh diri kita dan Allah, sementara ibadah yang lain diketahui oleh manusia. Sebuah logika yang sangat lemah dan saya sangat tidak mempercayainya.
Pertama, Allah tidak membutuhkan makhluknya, apalagi puasanya, tetapi makhluk lah yang membutuhkan Allah, sebagaimana disebutkan dalam:
Surat 35:15, Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah Dialah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji.
Surat 29:6, Dan barangsiapa yang berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu adalah untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.
Kedua, jika memang hanya puasa ibadah untuk Allah, kenapa kita tidak puasa saja terus? Kenapa perlu ada ibadah-ibadah lainnya?
Ketiga, logika bahwa hanya Allah lah yang tahu puasa kita juga sangatlah lemah. Malaikat pencatat juga seharusnya tahu ibadah puasa kita. Apalagi di jaman facebook dan twitter dimana orang berpuasa seringkali meng-update statusnya, sehingga semua orang juga tahu kalau dia sedang berpuasa.
Semua ibadah tidak ditujukan untuk Allah, tetapi untuk diri kita sendiri. Semua hal yang kita lakukan, termasuk puasa bukanlah untuk Allah karena Allah tidak membutuhkan apapun dari hambanya, karena Allah tidak tergantung kepada hambanya. Seluruh apa yang diperintahkan Allah di dalam al Quran kepada manusia bukanlah untuk kepentingan Allah, tetapi untuk kepentingan manusia itu sendiri.
Konsep yang perlu kita pahami adalah bahwa kita beriman dan beramal saleh pada dasarnya tidak untuk siapa-siapa tetapi untuk diri kita sendiri dalam rangka menyelamatkan diri kita sendiri melalui kemaslahatan sebanyak-banyaknya makhluk Allah yang membutuhkan di muka bumi, sebagaimana disebutkan dalam:
Surat 21:107, Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.
Surat 17:7, Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam mesjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai.
Surat 45:15, Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, maka itu adalah untuk dirinya sendiri, dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, maka itu akan menimpa dirinya sendiri, kemudian kepada Tuhanmulah kamu dikembalikan.
Tidak pernah disebutkan dalam al Quran bahwa Allah itu membutuhkan ibadah hambanya. Allah menghendaki kita mengabdi kepada-Nya bukan untuk memberikan kemaslahatan bagi Allah. Kita tidak perlu memberikan makan bagi Allah karena Allah tidak membutuhkan apapun termasuk makanan dalam bentuk sesaji, ibadah, barang pemberian, puji-pujian, lagu-lagu dan apapun juga, sebagaimana disebutkan dalam Surat 51:56-57, Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. Aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi-Ku makan.
Saat ini banyak manusia di muka bumi yang beranggapan bahwa Allah itu membutuhkan makanan dari manusia. Banyak manusia yang setiap hari memberikan sesaji kepada Tuhannya. Banyak dari kita yang beranggapan bahwa ibadah dalam bentuk pengabdian yang kita lakukan adalah untuk Tuhan, bahwa apapun yang kita lakukan dalam hidup ini untuk Tuhan, padahal Tuhan tidak membutuhkan ibadah atau pengabdian kita.
Banyak dari kita hari ini yang menganggap bahwa Allah butuh puji-pujian dan barangsiapa yang paling rajin memuji Tuhan, dialah yang disayang Tuhan. Di dalam al Quran, Allah lebih suka manusia yang berbuat baik dibandingkan dari yang sekedar memuji-muji Tuhannya, karena pada dasarnya Tuhan tidak membutuhkan puji-pujian, sebagaimana disebutkan dalam Surat 61:2-3, Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan. Allah lebih menyukai hambanya yang mensucikan-Nya dengan tidak berbuat musyrik melalui tindakan dan perbuatan. Pada kesempatan lain, insya Allah kita akan membahas mengenai mensucikan Allah atau bertasbih berdasarkan al Quran.
Perbuatan baik dan buruk yang kita lakukan di muka bumi ini pada dasarnya untuk kita sendiri dan pada saatnya nanti akan diminta pertanggung jawabannya di hadapan Allah. Oleh karena perbuatan baik tidak untuk Allah, maka manusia sebagai khalifah Allah disarankan untuk memberikan rahmat dan kemaslahatan bagi makhluk Allah yang lain, khususnya makhluk Allah yang membutuhkan, terutama manusia yang miskin.
Nilai ibadah adalah ketika kita bermanfaat kepada makhluk Allah yang lain dengan disertai keimanan dimana segala sesuatu itu kita lakukan untuk diri kita sendiri dalam rangka mencari keridhaan Allah, tetapi bukan untuk Allah.
Demikian pula dengan puasa.
Nilai puasa adalah ketika kita memberikan manfaat dan kemaslahatan kepada makhluk Allah yang lain melalui ibadah puasa itu sendiri. Puasa tidaklah bernilai jika hanya menahan lapar dan haus dari subuh hingga maghrib atau memindahkan waktu makan saja. Kalau ada yang bilang tidurnya orang puasa itu ibadah, saya ingin bertanya, kalau begitu dia sedang berbuat baik kepada siapa? Kepada Allah? Khan Allah tidak membutuhkan puasa orang itu.
Puasa bukanlah menambah jumlah orang kelaparan di muka bumi. Puasa bukanlah sikap empati kepada orang miskin, karena empati saja tidak membuat perut kenyang. Puasa adalah membebaskan kelaparan dan membantu orang yang miskin di muka bumi. Hari ini kita sibuk berdebat mengenai hukum fiqih puasa, tentang batal dan tidaknya puasa, seakan-akan jika kita puasa dari subuh sampai maghrib, maka kita sudah beribadah kepada Allah, padahal nilai ibadah adalah ketika kita memberikan manfaat kepada makhluk Allah yang lain.

Catatan:
  1. Angka diatas berarti rujukan ayat al Quran, 28:56 berarti surat ke-28 ayat ke-56, mohon dibaca langsung al Qurannya sebagai sumber kebenaran.
2. Mohon dicek kalau ada kesalahan dalam nomor ayat al Quran nya dan mohon ditambahkan untuk kesempurnaan.
(Bersambung)

0 komentar:

:a   :b   :c   :d   :e   :f   :g   :h   :i   :j   :k   :l   :m   :n   :o   :p   :q   :r   :s   :t

Posting Komentar

Tinggalkan komentar anda disini

Total Tayangan Halaman